BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab utama community-acquired pneumonia, sepsis, bakteremia, dan meningitis pada bayi dan anak. Infeksi saluran nafas akut mengakibatkan 20% mortalitas pada anak < 5 tahun. The World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa Streptococcus pneumoniae menyebabkan kematian 1.612.000/tahun di seluruh dunia, 716.000 diantaranya adalah < 5 tahun. Sekitar 26% kematian terjadi di Asia Pasifik, terutama Asia Tenggara. Angka ini menunjukkan pentingnya intervensi kesehatan, salah satunya dengan pemberian imunisasi. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang epidemiologi pneumokokal secara spesifik di tiap kawasan dan negara untuk membuat imunisasi pneumococcal conjugate. Namun adanya kendala seperti:
- Kesulitan menentukan patognomonik penyakit akibat S. pneumoniae dari gejala klinis
- Prosedur pemeriksaan mikrobiologi tidak secara rutin dilakukan pada pneumococcal bacteremia
- Sulitnya prosedur penentuan diagnosis pneumococcal pneumonia melalui prosedur noninvasif dari paru. Sehingga S. pneumoniae jarang dijumpai sebagai penyebab pneumonia pada anak, walaupun diperkirakan merupakan penyebab utama community-acquired bacterial pneumonia
- Pemberian antibiotik (30-80%) pada anak di negara Asia sebelum evaluasi diagnostik, menyulitkan didapatkannya spesimen yang akurat
Surveilans berbasis rumah sakit mungkin tidak menggambarkan penyakit pneumokokal secara menyeluruh namun memiliki keunggulan dalam:
- identifikasi kasus berat yang masuk ke ruang gawat darurat dan perawatan
menghindari tumpang tindih dengan program surveilans lain pada area tertentu
menentukan tinggi masalah penyakit dibandingkan dengan surveilans berbasis laboratorium yang tidak berbasis populasi dan bersifat pasif
Sepuluh penelitian di Asia, yaitu: 3 penelitian di Hong Kong dan Jepang, 1 penelitian masing-masing di Cina,serta 1 penelitian masing-masing yang sedang berjalan di Korea, Cina, dan Vietnam, dalam menilai maraknya masalah penyakit pneumokokal. Penelitian ini mencakup penilaian terhadap: invasive pneumococcal disease (IPD) (3 penelitian), pneumococcal meningitis (5 penelitian), dan pneumococcal bacteremia (1 penelitian). Insidens IPD pada anak < 5 tahun di Taiwan sebesar 1,26/100.000. Di Hong Kong, insidens IPD yang dirawat di rumah sakit pemerintah adalah 5,1/100.000 untuk usia < 2 tahun dan 2,5/100.000 untuk usia 2-4 tahun, sedangkan berdasarkan data retrospektif surveilans berbasis laboratorium menunjukkan angka yang lebih tinggi, yaitu 18,3/100.000 untuk usia < 2 tahun dan 15,6/100.000 untuk < 5 tahun.
Angka kejadian IPD yang jauh lebih tinggi ditemukan dari penelitian di AS (235/100.000 untuk usia 6-11 bulan, 165/100.000 untuk usia < 12 bulan, dan 203/100.000 untuk usia 12-23 bulan), Kanada (98,6/100.000 untuk usia 6-17 bulan), Australia (98,8/100.000 untuk usia < 2 tahun), dan Argentina (206,6/100.000 untuk suai 2-23 bulan). Hal yang sama terjadi pada kasus-kasus meningitis. Perbedaan ini akibat pada banyak negara, terutama di Asia, pemeriksaan kultur pada anak yang demam/sakit bukan merupakan standar rutin. Oleh karena itu kasus IPD, meningitis, dan bakteremia akibat pneumokokal di Asia dianggap merupakan “the tip of the iceberg phenomenon”
Streptococcus adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit salah satunya adalah pneumonia dan meningitis.mengapa serangan pnemmonia bisa mematikan manusia dan mengapa antibiotic tidak mampu menolong sebagian pasien. Mereka menilai, phemonia bisa mematikan ketika bakteri streptococcus pneumonia mengeluarkan racun yang bisa memicu pendarahan di paru-paru korban. Penderita pneumonia terancam resiko kematian lebih besar apabila mengkonsumsi antibiotik. Penyebabnya, antibiotik membunuh bakteri streptococcus pneumonia dan bakteri tersebut mengeluarkan lebih banyak racun mematikan pneumolysin.pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). Serangan pneumonia pneumokokus biasanya mendadak, dengan demam, menggigil, dan nyeri pleura yang nyata. Pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan memberikan antibiotic penisilin g atau v atau oral, sedang yang tidak kuat diberi sefalosporin.
Orang yang rentan terkena penyakit pneumonia adalah:
1. Peminum alkohol
2. Perokok
3. Penderita diabetes
4. Penderita gagal jantung
5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun
6. Penderita kanker,penerima organ cangkokan
7. Penderita AIDS
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembahasan bacterial streptococcus tersebut, dirumuskan beberapa masalah :
1. Apa yang menyebabkan bacterial streptococcus ini mematikan manusia dan mengapa antibiotic tidak mampu menolong sebagian pasien ?
2. Bagaimana cara pamariksaan bacterial streptococcus oleh laboratorium?
3. Penyakit-penyakit yang disebabkan bacterial streptococcus?
4. Berapa banyak anak berusia 28 hari sampai 60 bulan yang berada di daerah geografis dimana penelitian ini diadakan, yang menderita penyakit infeksi akibat bakteri S. pneumoniae (pneumokokus)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
1. Mengetahui angka kejadian penyakit pneumokokus invasif (IPD) pad anak berumur 28 hari sampai < 60 bulan di beberapa Negara Asia yang ikut dalam penelitian
2. Mengatahui distribusi serotype S. pneumoniae di beberapa negara Asia yang ikut dalam penelitian
Tujuan khusus:
1. untuk mengetahui :
o bentuk bacterial tersebut
o cara pemeriksaan bacterial tersebut
o cara penilaian bacterial tersebut
o alat yang digunakan pada pemeriksaan bacterial tersebut
2. untuk mengetahui apa sebenarnya penyebab dari bacterial streptococcus ini mematikan manusia
3. untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat disebabkan oleh bacterial streptococcus ini
4. Mengetahui kejadian clinical pneumonia dan chest radiograph confirmed pneumonia dengan dan atau tanpa bakteremia.
5. Mengetahui angka kematian penyakit pneumokokus invasif (meningitis, bacteremia, dan septikemia) dan pneumonia.
6. Mengetahui resistensi antibiotik terhadap isolat S. pneumoniae invasive
7. Mengetahui distribusi serotipe isolat S. pneumoniae invasif yang telah resisten terhadap antibiotik
8. Mengetahui gejala sisa neurologik pada meningitis pneumokokus.
9. Mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit pneumokokus invasif (umur, jenis kelamin, ras, penitipan anak, perokok pasif, kepadatan hunian, dan adanya penyakit menahun.
Bab II
Pembahasan
Klasifikasi bakteri Streptococcus pneumoniae:
Scientific classification Klasifikasi ilmiah
:Domain: Bacteria Bakteri
Filum: Firmicutes Firmicutes
Kelas: Cocci Kokus
Order: Lactobacillales Lactobacillales
Keluarga: Streptococcaceae Streptococcaceae
Genus: Streptococcus Streptococcus
Spesies: S. pneumoniae S. pneumoniae
Binomial name Nama binomial
Streptococcus pneumoniae Streptococcus pneumoniae
(Klein 1884) (Klein 1884)
Chester 1901 Chester 1901
Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit salah satunya adalah pneumonia.
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). Serangan pneumonia
Pneumokokus biasanya mendadak, dengan demam, menggigil, dan nyeri pleura yang nyata. Pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan memberikan antibiotic penisilin G atau V atau oral, sedang yang tidak kuat diberi sefalosporin.
Streptococcus pneumoniae adalah sel gram positif berbentuk bulat telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul), tidak membentuk spora dan tidak bergerak tetapi galur yang ganas berkapsul, menghasilkan α-hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu dan deterjen.
Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada saluran pernapasan
bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya.
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) membentuk koloni bulat kecil,
mula-mula berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan di tengah-tengahnya dengan pinggiran yang meninggi dan α-hemolisis pada agar darah. Pertumbuhan bakteri ditinggikan dengan 5-10% CO2. Energi yang diperoleh kebanyakan dari peragian glukosa yang diikuti oleh pembentukan asam laktat yang cepat, yang
membatasi pertumbuhan.
Biakan pneumokokus mengandung beberapa organisme yang tidak dapat membentuk polisakarida simpai sehingga membentuk koloni kasar tetapi sebagian besar bakteri menghasilkan polisakarida dan membentuk koloni halus. Bentuk kasar.Akan banyak ditemui bila biakan ditumbuhkan pada serum antipolisakarida tipespesifik.Bila suatu tipe pneumokokus yang tidak mempunyai simpai polisakarida ditumbuhkan dalam ekstrak DNA dan tipe pneumokokus yang menghasilkan polisakarida simpai akan terbentuk pneumokokus bersimpai tipe terakhir. Reaksi transformasi yang serupa pernah dilakukan dalam rangka perubahan resistensi obat.Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus bisa mengakibatkan infeksi ringan sampai parah pada saluran pernafasan atas dan bawah, dari pertengahan telinga, hidung hingga paru-paru. Infeksi tersebut selanjutnya bisa menyebar keorgan tubuh penting yang lain melalui aliran darah (invasif).
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu "community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospitalacquired"(diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh
penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinan
terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik lebih besar.
Penularan penyakit ini dapat melalui berbagai cara, antara lain:
1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain.
3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
4. Menular melalui percikan air ludah
Orang yang rentan terkena penyakit pneumonia adalah:
1. Peminum alkohol
2. Perokok
3. Penderita diabetes
4. Penderita gagal jantung
5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun
6. Penderita kanker,penerima organ cangkokan
7. Penderita AIDS
`Serangan pneumonia pneumokokus biasanya mendadak, dengan demam,menggigil, dan nyeri pleura yang nyata. Dahak mirip dengan eksudat alveoli,mengandung darah atau seperti karat. Pada permulaan penyakit, ketika demam tinggi, terdapat bakteremia dalam 10-20% kasus. Sebelum adanya kemoterapi,penyembuhan penyakit dimulai antara hari kelima dan hari kesepuluh karena pada saat itu timbul antibodi tipe spesifik. Angka kematian mencapai 30%, bergantung pada usia dan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia yang disertai bekteremia selalu menyebabkan angka kematian yang paling tinggi. Dengan terapi antimikroba,penyakit dapat sembuh dengan cepat, bila diberikan dari awal, timbulnya konsolidasi dapat dihalangi.
Dari saluran pernapasan, pneumokokus dapat mencapai tempat-tempat lain.Sinus-sinus dan telinga tengah paling sering terserang. Infeksi kadang-kadang meluas dari mastoid sampai selaput otak. Bakteremia dari pneumonia mempunyai tiga komplikasi yang hebat yaitu meningitis, endokarditis, dan arthritis septic. Dengan kemoterapi dini jarang terjadi endokarditis pneumokokus akut maupun
arthritis.
Pengobatan pneumonia dilakukan oleh dokter. Pengobatan terhadap kuman diberi suntikan antibiotik misalnya penisilin G ( atau V atau oral ) sedangkan yang tidak tahan diberi sefalosporin. Untuk membunuh virus diberi obat isoprinosin.Selain obat-obatan perlu pula dijaga agar penderita mendapat makanan yang bergizi serta banyak mengandung zat putih telur dan vitamin.Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia. Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi:
• Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus
pneumoniae)
• Vaksin flu
• Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type
Ciri-Ciri Diplococcus: Mikroskopik: -bentuk coccus - susunan 2-2 (diplo) - kapsul positif - sifat, gram positif - seperti lancet - sel tua bisa memberikan sifat gram negatif Sifat Biakan: Hemodisgesti seperti Streptococcus alpha atau viridans Mudah lisis spontan. Patogenitas: Pneumococcus patogen bila memiliki kapsul. Berdasarkan tipe kapsul yang dimilikinya, dibagi : 1. tipe yang patogen terutama pada anak-anak yaitu tipe 1sampai 8 2. tipe yang patogen terutama pada dewasa yaitu tipe 6, 14, 19 dan 23 Untuk pemeriksaan kapsul dapat dilihat dengan Quellung test. Kapsul bisa terlihat jelas menggembung dengan uji ini.
Kokus Gram positif dalam rangkaian, kebanyakan spesies adalah anerob fakultatif, sesetengah adalah anerob obligat; spesies yang virulen mungkin menghasilkan kapsul yang terdiri dari asid hialuronik dan protein M; habitat primernya ialah saluran pernafasan atas (rongga hidung dan farinks).
Antara infeksi-infeksi yang disebabkan pada manusia termasuklah demam skarlet, faringitis, impetigo, selulitis, demam reumatik dll.
Streptococcus dikelaskan berdasarkan morfologi koloni, tindak balas biokimia, kespesifikan serologi dan corak hemolisis atas agar darah. Pengkelasan kepada kumpulan serologi adalah berdasarkan perpezaan kandungan karbohidrat dinding sel (kumpulan A - V) atau kapsul polisakarida
Stretococcus kumpulan B. Ia dibahagikan kepada 3 kumpulan berdasarkan corak hemolisis: , , :
a) Kumpulan hemolisis - kebanyakannya terdiri dari kumpulan "viridans" iaitu Streptococcus hemolisis tanpa kapsul.
b) Kumpulan hemolisis - paling penting sebab sebahagian besar patogen manusia terdiri dari kumpulan ini; ada spesies yang tidak patogen tetapi mempamerkan hemolisis .
c) Kumpulan hemolisis - tidak dikira patogen tetapi komensal. Pengkelasan menurut aktiviti hemolisis kurang sesuai untuk menentukan kepatogenan.
Kumpulan Lancefield: Kaedah yang diperkenalkan oleh Rebecca Lancefield berdasarkan kepada ciri-ciri antigen karbohidrat dinding sel yang dipanggil bahan C. Pengkelasan mengikut kaedah Lancefield boleh membezakan Streptococcus hemolisis kepada kumpulan A - V, setiap kumpulan ada spesies nama. Kumpulan-kumpulan patogen utama ialah A, B, C, D dan G. Lebih dari 90% infeksi strep pada manusia disebabkan oleh Streptococcus hemolisis kumpulan A. Kumpulan ini diberi spesies nama S. pyogenes. Tidak semua Streptococcus boleh dikelaskan menurut kaedah Lancefield, e.g. S. pneumoniae, S. mutans, dll.
Antigen Streptococcus:
1. Kapsul asid hialuronik: bahan kapsul yang dihasilkan terutama oleh strep kumpulan A dan C. Ia tidak imunogen. Dalam sesetengah strep kumpulan C ia adalah faktor kevirulenan; anti-fagositosis.
2. Protein-protein dinding sel (M, T dan R): Protein M pada dinding sel strep ialah faktor kevirulenan bagi Streptococcus hemolisis kumpulan A. Ia berfungsi merencat fagositosis. Berdasarkan kepada perbezaan protein M kumpulan A boleh dibahagikan kepada 750 jenis. Protein T: berguna untuk menjeniskan strep yang tak boleh dijeniskan berdasarkan protein M; bukan faktor kevirulenen. Protein R: tiada kepentingan patogen atau klinik.
3. Karbohidrat dinding sel: Strep dibahagikan kepada kumpulan A - V berdasarkan kepada perbezaan lapisan karbohidrat dinding sel. Dalam kumpulan A dan C, karbohidrat terdiri dari polimer N-asetilglukosamin dan rhamnosa dan dipanggil bahan C. Ramai orang berpendapat patogenesis demam reumatik boleh dikaitkan dengan bahan C kerana karbohidrat kumpulan A boleh bertindakbalas silang dengan glikoprotein injap jantung dan sendi. Kalau komponen dinding C disuntik ke dalam arnab, ia boleh menghasilkan artritis. Selain itu pesakit demam reumatik mempunyai antibodi terhadap karbohidrat kumpulan A.
4. Mukopeptid dinding sel: terdiri dari N-asetilglukosamin dan asid N-asetilmuramik; antigenik; boleh menghasilkan demam, nekrosis kulit, karditis, lisis darah merah; ketoksikan sama seperti endotoksin bakteria Gram negatif.
Membran sel: bertindakbalas silang dengan tisu jantung, ginjal dan tisu hubungan.
Cara Pemeriksaan ini pemeriksaan epidemiologi, bukan pemeriksaan eksperimental.
- Pada kunjungan pertama dlakukan pengambilan sample darah akan diambil kira-kira 1 sampai 1½ sendok teh untuk pemeriksaan ada tidaknya bakteri dalam darah
- Apabila anak menunjukkan gejala radang selaput otak, saat kunjungan pertama akan dilakukan pula pengambilan sampel cairan otak-sumsum tulang belakang untuk menguji ada tidaknya bakteri dalam cairan otak-sumsum tulang belakang
- Bila anak menderita gejala pneumonia seperti nafas cepat atau sulit bernafas selama pemeriksaan pertama, maka akan dlaukan pemeriksaan foto toraks untuk memastikan apakah terjadi infeksi di paru anak tersebut.
Alat atau media yang digunakan pada pemeriksaan streptococcus bacterial
Media dengan susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian vitamin, asamamino, dan antibiotik.Media perhitungan
Media ini dipakai untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam suatu
bahan, misalnya media PCA (Plate Count Agar) dan PDA (Plate Dextrosa Agar).
(Suendra dkk, 1991)
PEWARNAAN BAKTERI
Tujuan: - untuk melihat bentuk dan strktur bakteri
Didentifikasi dengan pewarnaan Gram, uji parsial dan sekuensing gen 16S rrna. Hasil isolasi diperoleh 138 isolat bakteri masing-masing 70 isolat endofit dan 68 ... Pewarnaan Gram dari ke enam isolat terbaik. Isolat SAB E-8, SAB E-35 dan SAB E-. 40 dari hasil pewarnaan Gram merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri streptococcus pneumonia bakteri Gram positif diarahkan ke kelompok Bacillus dengan melakukan uji parsial. Yang meliputi pewarnaan Gram, endospora dan katalase.
Hasil Hal yang perlu diperhatikan
- Objec glass harus bersih dan bebas lemak
- Umur biakan: 18-24 jam, kecuali Mycobacterium tuberculosis, bila lebih dari 24 jam struktur dan bentuk dapat berubah
- Kualitas zat warna
- Tebal tipis sediaan
Cara membuat sediaan
1. Siapkan object glass bersih
2. Tetes kan larutan NaCl 0,9%, tambahkan biakan bakteri
3. Ratakan setipis mungkin membentuk lingkaran
4. Biarkan sediaan mongering diudara (jauh diatas api)
5. Fiksasi (lewatkan diatas api) 3 kali →mematikan, merekatkan bakteri
Cara membuat sediaan hapus
1. Siapkan object glass bersih
2. Teteskan suspensi bakteri dengan ose pada ping gir sudut object glass
3. Teteskan zat warna negrosin (tinta cina) pada sisi sudut lain
4. Campurdan apuskan (ratakan dengan object glass lain)
5. Keringkan dan fiksasi
Macam-macam pewarnaan
1. Pewarnaan negative
- Bakteri tidak diwarnai, tapi mewarnai latar belakang
- Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti spirochaeta
2. Pewarnaan sedehana
- Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin)
- Tujuan hanya untuk melihat bentuk sel
3. Pewarnaan diferensial
- menggunakan lebih dari satu macam zat warna
- Tujuan untuk membedakan antar bakteri
- Contoh: Pw. Gram, Pw. Bakteri Tahan Asam
4. Pewarnaan khusus
- Untuk mewarnai struktur khusus/tertentu dari bakteri→ kapsul, spora, flagel dll
Cara pewarnaan negative
- Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop
- Cara pewarnaan sederhana
- Sediaan → teteskan zat warna, biarkan selama 2 menit → cuci (bilas dengan air mengalir) → keringkan dg kertas saring → teteskan emersi → mikroskop
- Cara pewarnaan Gram
- Sediaan → teteskan gentian violet 5 menit → cuci → teteskan lugol 1 menit →
- cuci → celupkan kedalam alkohol 96% 30 detik → cuci → teteskan air fukhsin 2 menit → cuci → keringkan dg ketas saring → emersi → mikroskop
- Hasil : Gram + ungu, Gram – merah
- Cara pewarnaan tahan asam (pew. Ziehl-Nelson)
- Sediaan → teteskan karbol fukhsin → panaskan 5 menit ~ keluar uap → cuci → teteskan H2SO4 5% 2 detik → cuci d alcohol 60% → cuci dg air → teteskan metil biru 2 menit → cuci → keringkan → emersi → mikroskop
- Hasil: Bakteri tahan asam merah, tidak tahan asam biru
- Prinsip: Bakteri tahan asam mempertahankan warna merah setelah diberi H2SO4
Streptococcus Scientific classification - Kingdom: Bacteria -Phylum: Firmicutes -Class: Bacilli -Order: Lactobacillales - Family: Streptococcaceae - Genus: Streptococcus - Species : >S. agalactiae >S. anginosus >S. bovis >S. canis >S. equi >S. iniae >S. mitis >S. mutans >S. oralis >S. parasanguinis >S. peroris >S. pneumoniae >S. pyogenes >S. ratti >S. salivarius >S. salivarius ssp. thermophilus >S. sanguinis >S. sobrinus >S. suis >S. uberis >S. vestibularis >S. viridans
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM IDENTIFIKASI
Hal hal yg perlu diperhatikan dlm melakukan Identifikasi bakteri:
- Dalam melakukan identifikasi sering kali pasien menolak untuk diperiksa sensitifitasnya terhadap antibiotik mungkin karena alasan biaya. Namun menurut konsensus ahli mikrobiologi, pemeriksaan mikrobiologi klinik harus dilakukan sampai dengan pengujian kepekaan / sensitifitas untuk menghindari resistensi kuman terhadap antibiotik.Pasien yang bandel seringkali menghentikan pengobatan antibiotiknya sebelum obat tersebut habis padahaLl kelalaian tersebut akan menimbulkan mutasi bakteri yang mengarah kepada resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu.
- Uji Serologi merupakan uji reaksi antara antigen dengan antibodi yang akan menimbulkan aglutinasi. Uji serologi menggunakan antiserum spesifik sehingga sensitifitas atau ketepatan uji serologi relatif tinggi.
- Pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA) merupakan uji makroskopik yang memiliki nilai diagnosa yang tinggi karena pemeriksaan tersebut dapat memangkas isolasi bakteri yang akan memakan waktu sampai 8 minggu.
- Cara pengambilan spesimen harus di perhatikan, contohnya dalam pengambilan sampel darah bukan hanya harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari kontaminasi, namun juga harus diperhatikan waktu pengambilannya, karena infeksi bakteri memiliki siklus tertentu.
- Hati-hati dengan hasil false positive dan false negative. False positif maksudnya dalam sampel seharusnya tidak ditemukan bakteri namun dalam pelaporan / pengerjaan ditemukan bakteri. Hal ini bisa terjadi bila dalam pengerjaan terjadi kontaminasi. False negatif maksudnya dalam sampel seharusnya terdapat bakteri namun dalam pengerjaan / pelaporan tidak ditemukan bakteri. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya ketelitian dalam penggunaan ose
BAB III
Pembahasan penyakit yang disebabkan oleh
streptococcus bacterial
MENINGITIS
Meningitis adalah syndroma klinik yang dikarakteristik oleh inflamasi meningen. Secara klinik, kondisi medis ini memunculkan manifestasi gejala-gejala meningeal seperti; sakit kepala, nuchal rigidity, photophobia dan peningkatan leukosit dalam cairan serebrospinal (pleositosis). Tergantung pada durasi gejala-gejala, meningitis dapat diklasifikasikan sebagai akut atau kronik. Meningitis akut menunjukkan evolusi dari gejala-gejala antara beberapa jam sampai hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi dalam minggu sampai bulan. Durasi gejala-gejala dari meningitis kronik dikarakteristik sekurangnya 4 minggu.
Meningitis Bakterial
Terdapat sejumlah penyebab infeksi dan non infeksi dari meningitis. Contoh yang paling sering adalah penggunaan obat-obatan, misalnya obat antiinflamasi non streroid, antibiotic; dan carsinomatosis.
Meningitis dapat juga diklasifikasikan sesuai dengan etiologinya. Meningitis bacterial akut menunjukkan penyebab bakteri syndrome ini. Meningitis bacterial dikarakteristik oleh onset akut gejala-gejala meningeal dan neutrophilic pleocytosis. Syndroma dinamai tergantung pada penyebab bacterial spesifik, misalnya, Streptococcus pneumoniae meningitis, meningococcal meningitis, atau Haemophilus influenzae meningitis. Penyebab fungi dan parasit dari meningitis juga diberi nama sesuai dengan agent penyebabnya, seperti cryptococcal meningitis, Histoplasma meningitis, dan amebic meningoencephalitis.
Aseptic meningitis adalah istilah yang digunakan secara luas yang dinyatakan dengan respon seluler non-piogenik, dimana meningitis ini disebabkan oleh beberapa agent yang berbeda. Pada beberapa kasus, penyebab tidak terlihat sesudah evaluasi awal. Karakteristik pasien menunjukkan onset gejala meningeal akut, demam dan pleositosis cerebrospinal yang ditandai limpositosis menonjol. Sesudah pemeriksaan teliti beberapa kasus ditemukan dengan penyebab virus dan kemudian diklasifikasikan sebagai meningitis virus akut (misalnya, enterovirus meningitis, herpes simplex virus [HSV] meningitis). Selain virus, pada banyak kasus meningitis aseptic, dapat juga disebabkan oleh bakteri, fungi, mycobakterial dan agent parasit.3,4
Gambar
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Streptococcus adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit salah satunya adalah pneumonia dan meningitis.mengapa serangan pnemmonia bisa mematikan manusia dan mengapa antibiotic tidak mampu menolong sebagian pasien. Mereka menilai, phemonia bisa mematikan ketika bakteri streptococcus pneumonia mengeluarkan racun yang bisa memicu pendarahan di paru-paru korban. Penderita pneumonia terancam resiko kematian lebih besar apabila mengkonsumsi antibiotik. Penyebabnya, antibiotik membunuh bakteri streptococcus pneumonia dan bakteri tersebut mengeluarkan lebih banyak racun mematikan pneumolysin.pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi (ventilation perfusion mismatch). Serangan pneumonia pneumokokus biasanya mendadak, dengan demam, menggigil, dan nyeri pleura yang nyata. Pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan memberikan antibiotic penisilin g atau v atau oral, sedang yang tidak kuat diberi sefalosporin.
Saran
Terima kasih telah membaca makalah ini,penulis harap setelah membaca makalah ini pembaca dapat menjaga kesehatan agar terbebas dari berbagai penyakit yang dapat mamatikan organ tubuh manusia
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, dkk., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, ed 20, 143, Kedokteran EGC, Jakarta
Johnson, Arthur G., 1994, Mikrobiologi dan Imunologi, 36-37, Binarupa Aksara, Jakarta
Koeswardono, Gerard Bonang Enggar S., 1992, Mikrobiologi untuk Laboratorium dan Klinik, 79-80, Gramedia, Jakarta
Oswari, E., 1995, Penyakit dan Penanggulannya, 208, Gramedia, Jakarta
Pelczar, Michael J., 1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, cet 1, 363, UI Press, Jakarta
http://elearning.unej.ac.id/courses/FAU1307/document/deskripsibakteri.ppt?cid Req=FAU1307.
http://en.wikipedia.org/wiki/streptococcus_pneumoniae
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/4/26/k1.htm
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=48
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=797
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&kategori=pdt&direktori=pdt&filep f=0&pdf=html=0711
http://www.pediatrik.com/pkb/0601022023132-f6vo140.pdf